Jumat, 06 Agustus 2010

TEKNOLOGI INFORMASI MEMBANTU GURU DALAM MENJAWAB TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI (Yayuk Hapsari, 24 Juni 2006)

Tahun 1993, Ketika pertama mengenal alat yang bernama komputer, booming Teknologi Informasi belumlah seperti saat ini. Namun pengenalan komputer pada saat itu jangan diartikan bahwa aku sudah bisa mengoperasikan, noo .... sebab pengenalan pada saat itu baru pengenalan fisik saja. Bagiku, komputer hanya sebagai pelengkap secara materi , sama halnya dengan kita memiliki radio, tape, atau televisi, hanya sebuah hasil karya manusia untuk kemajuan zaman. Aku belum mengerti apa-apa tentang teknologi yang satu ini. Saat itu yang bisa kupetik nilai kegunaannya , bahwa komputer hanyalah sebagai pengganti mesin tik. Di tempat dimana aku mengajar, semua pekerjaan administrasi masih menggunakan mesin tik biasa, sehingga suasana ruang Tata Usaha (TU) penuh kebisingan. Kadang terselip rasa kebanggaan bahwa pada saat itu aku sudah memiliki alat yang lebih modern untuk mengetik (tentu saja budget dari suami). Pekerjaan guru yang rutin adalah mempersiapkan soal untuk ulangan, dan aku sudah mulai memahami pengoperasian komputer walau hanya sebatas mengetik saja. Saat itu aku merasa bahwa aku mulai setahap lebih maju dari teman-teman seprofesiku. Aku mulai berpikir, kapan ruang TU itu hening dari kebisingan mesin tik konvensional yang sarat dengan kelambanan pekerjaan. Namun batinku mengatakan ”hebat mereka” (karyawan TU). Dengan pekerjaan yang bertumpuk, mereka tetap mengerjakan segala pekerjaan administrasi sekolah dengan penuh kepercayaan diri dan kesabaran yang tinggi.
Lambat tetapi pasti, kemajuanku dalam mengoperasikan komputer secara otodidak (tanpa lewat sebuah lembaga kursus komputer) mulai terlihat, namun masih tetap hanya untuk kebutuhan membuat soal saja. Belum banyak memang ilmu yang bisa kuserap dari teknologi informasi yang satu ini. Tambahan lain yang bisa membuatku kagum dengan alat ini adalah dapat mengisi hari-hari senggangku dengan memainkan game-game yang ada di komputerku. Entah itu positif atau tidak, yang jelas aku senang berada di rumah seharian hanya untuk ”mengutak-atik” komputer bermain game. Ketika itu anak-anakku masih kecil-kecil, dan komputer full aku yang ”menguasai”.
Dengan berjalannya waktu, aku mulai menambah pengetahuanku, dari yang hanya mengetik saja, aku mulai bisa menggunakan program EXCEL untuk mengolah nilai murid-muridku. Sungguh menakjubkan, pekerjaanku yang biasanya kuselesaikan beberapa hari, dapat diselesaikan dengan hitungan jam, bahkan menit. Sungguh ini adalah bantuan Allah lewat alat yang canggih ini sehingga mempermudah pekerjaanku. Hanya penatku berpindah tempat. Biasanya tangan (jari-jariku) yang sakit karena kecapekan menulis, sekarang pundakku (bahu) yang sakit bila terlalu banyak mengetik.
Sekarang, tiga belas tahun berlalu (2006), perubahan yang signifikan terlihat di sekolahku. Pertanyaanku yang lalu terjawab sudah. Suasana hening telah dirasakan bila aku melewati ruang TU, karena 95 % administrasi dikelola secara komputerisasi. Hanya sekali-kali terdengar suara dentingan yang berasal dari mesin tik konvensional yang keberadaannya masih tetap dipertahankan. Nilai-nilai murid tidak lagi dikerjakan secara manual, semuanya sudah serba cepat. Untuk selanjutnya,
paling tidak, guru harus beradaptasi terhadap kemajuan teknologi dan terlebih lagi agar tidak jauh tertinggal dari murid, mengingat fasilitas komputer yang diperuntukkan untuk murid di dalam ruang komputer ada 100 unit. Sungguh membanggakan. Sebuah kemajuan yang dulu hanya impian, terealisasi sudah.
Profesiku sebagai seorang guru geografi, banyak keinginan yang barangkali bisa aku sebut dengan ”impian”(karena entah bisa terealisasi atau tidak), misalnya bagaimana mengantarkan materi pelajaran dengan menarik dan tidak membuat murid-muridku jenuh yang pada akhirnya dapat membuat mereka tertidur pulas di dalam kelas mendengar dongeng ibu gurunya. Sungguh bukan ini yang kuinginkan. Aku ingin murid-muridku tidak hanya pandai dalam pelajaran matematika, fisika, kimia, biologi, yang boleh dikatakan pelajaran primadona di SMA karena murid-murid lebih antusias
terhadap mata pelajaran ini, namun keinginanku mereka juga bisa menerima pelajaran geografi dengan baik bukan hanya karena ingin mendapatkan nilai saja, melainkan memang suatu pelajaran yang dibutuhkan keberadaannya dan kepentingannya. Rasanya belum ada siswa yang mengidolakan geografi sebagai mata pelajaran favorit mengingat materi dan mungkin saja penyajian materi di kelas yang terlalu monoton dan tidak bervariasi dari tahun ke tahun. Padahal bila melihat objek geografi yang akrab dengan kehidupan sehari-hari bukan tidak mungkin mata pelajaran yang satu ini dapat juga menjadi primadona di sekolah-sekolah. Penasaran, akupun sambil-sambil membaca, bertanya, dan mengamati mengenai perkembangan pendidikan di negara maju, dan sungguh membanggakan karena mayoritas murid di negara tertentu (sebut saja Perancis) sangat menyenangi geografi, dan geografi mendapat tempat di hati para murid dan masyarakat umum. Banyak manfaat yang telah mereka peroleh dalam mempelajari geografi. Seperti mengetahui keadaan cuaca yang akrab dalam kehidupan sehari-hari, apalagi negara yang terkelompok pada negara maju umumnya mengalami empat musim dengan perubahan cuaca sehari-hari yang signifiklan. Yang kuketahui, ada channel khusus mengenai cuaca di televisi negara-negara maju yang disiarkan 24 jam. Ini sebagai contoh, bahwa cuaca yang merupakan bagian dari ilmu geografi sangat mendapat perhatian khusus. Aku membayangkan rasanya bangga bila menjadi guru geografi di negara maju. Dari dulu tekadku satu yaitu bagaimana memajukan pelajaran geografi di negara Indonesia tercinta ini. Aku berpikir untuk menyusun rencana pelajaran lewat teknologi informasi. Setahap lagi kemajuan yang aku miliki. Aku mulai bisa membuat bahan pelajaran menggunakan Power Point, dan melengkapi bahan-bahan pelajaran dengan gambar-gambar yang kuambil lewat internet dalam Google website, serta artikel-artikel yang berkaitan dengan materi pelajaran geografi yang tidak terdapat di dalam buku pelajaran murid-muridku. Disamping itu, porto folio (kumpulan tugas-tugas) untuk murid-muridku, kusarankan untuk selalu menggunakan komputer, dan mencari bahan-bahannya lewat internet. Sebagai contoh, pernah aku memberikan tugas kepada murid-muridku mengenai negara-negara maju, salah satunya adalah Jepang. Tugas mereka adalah menceritakan negara Jepang di depan kelas, dengan topik yang berbeda dalam durasi waktu 5 menit. Yang sangat membanggakan, jumlah siswa yang tiap kelasnya 40, memiliki 40 topik juga untuk diceritakan di depan kelas. Semuanya dapat digali lewat internet. Sungguh suatu kemudahan bagi profesiku sebagai guru maupun murid-muridku bila dapat menggunakan Teknologi Informasi.
Alhamdulillah, di sekolahku mulai ada infokus, tentu saja membuka peluang bagiku untuk menyajikan materi lewat instrumen yang satu ini. Walaupun saat ini sekolah menyediakan fasilitas notebook (laptop) lebih kurang 6 unit, namun aku tetap berkeinginan memiliki sendiri komputer kecil ini. Lagi-lagi suamiku yang selalu penuh perhatian akan profesiku, memenuhi keinginanku yang satu ini, sebab bila harus menggunakan kocek sendiri manalah aku mampu (bukan rahasia lagi kan kalau gaji guru di negara kita ini minim).
Pucuk dicinta ulam tiba, begitu kata pepatah kuno. Ibarat gayung bersambut, maka impianku lagi-lagi menjadi kenyataan. Kebutuhanku dan keinginanku terpenuhi lewat fasilitas yang ada di sekolah ini dan apa yang diberikan suamiku untuk melengkapi dunia mengajarku. Lagi-lagi aku bersyukur.
Materi pelajaran geografi dari mengenai lapisan kulit bumi, gunung api, gempa, sungai, danau, laut, peta, penginderaan jarak jauh (remote sensing), bahkan materi yang paling baru yaitu Sistem Informasi Geografi (SIG), semuanya dapat disajikan lewat komputer. Di dalam komputerku saat ini sarat dengan materi pelajaran yang sewaktu-waktu dapat kupergunakan untuk mengajar di kelas. Komputer kecilku selalu menyertaiku bila di lingkungan kerja. Aku merasakan akan ada sesuatu yang hilang bila komputer kecilku ini tidak menyertaiku di sekolah.
Seperti yang kusebutkan di atas, materi kadangkala kudapatkan lewat internet. Lewat internet, segala informasi dapat digali. Satu kemampuan lagi bertambah untuk diriku yaitu dapat mengoperasikan informasi lewat internet. Kemajuan yang sangat berarti, karena aku merasakan bahwa sudah seharusnya aku memiliki kemampuan seperti ini di zaman era globalisasi. Sebutan ”gaptek” bagi kaum ibu pada umumnya rasanya dalam hati kecil ku tidaklah berlaku pada diriku.
Kini, tiga tahun sudah aku menerapkan teknologi informasi di kelas di mana aku mengajarkan materi geografi. Mulai terlihat antusiasme murid selama aku mengajar. Geografi yang ruang lingkupnya sangat luas memang sangat memerlukan media modern seperti ini. Satu hal lagi yang bertambah pada diriku, aku sekarang gemar mengoleksi CD National Geographic serta Discovery Channel, yang kubeli dari penghasilan bulananku. Banyak manfaatnya buat aku dan murid-muridku, karena aku bisa memperlihatkan film dari CD-CD tersebut bila ada yang berkaitan dengan materi pelajaran pada saat itu.
Terimakasih ”Teknologi Informasi” yang akhirnya dapat merambah di dunia pendidikan (yang sarat dengan kekurangan fasilitas) sehingga dapat membantu guru-guru di Indonesia ini menjawab tantangan pendidikan dalam era globalisasi ini.

Balikpapan, 24 Juni 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar